Minggu, 17 April 2011

Kejujuran Terhadap Allah Dan Diri Sendiri

Kejujuran merupakan mutiara berharga yang amat menyenangkan hati Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang Kristen yang pola hidupnya tidak sesuai dengan panggilan hidupnya sebagai surat Kristus yang dibaca banyak orang. Banyak orang Kristen yang memakai Kekristenannya hanya sebagai topeng saja. Buktinya? Antara perkataan dan perbuatan tidak selaras. Sering ada orang yang mendorong orang Kristen lainnya untuk berbuat baik, tetapi dia sendiri tidak pernah melakukannya.

Dewasa ini, sulit untuk mendapatkan Kristen yang sungguh-sungguh menghidupi Kekristenan sejati. Sebab banyak orang Kristen telah terkontaminasi dengan keadaan dunia ini sehingga melupakan fungsinya sebagai garam dan terang dunia. Saya sangat tertarik dengan pernyataan John Keats, seorang penyair Inggris berkata: "sesuatu tidak akan pernah menjadi nyata sebelum sesuatu itu menjadi pengalaman ... Bahkan sebuah peribahasa bukanlah peribahasa bagi Anda sebelum kehidupan Anda mengilustrasikannya."

Dari pernyataan itu, sederhananya dapat dikatakan jangan harapkan orang lain melakukan kehendak Allah sebelum Anda sendiri melakukannya. Jangan bermimpi anak Anda menjadi baik, sebelum Anda sendiri memberi contoh melalui hidup Anda sendiri. Jangan berkhayal anak Anda tidak "brengsek" sebelum Anda sendiri memberi contoh Kristen yang berkenan kepada Allah. Bukankah ini merupakan salah satu ketidak jujuran seseorang terhadap Tuhan dan dirinya sendiri?

Menarik memang, seseorang pernah menceritakan kepada saya bahwa dia ingin melakukan kehendak Allah, tetapi kenyataannya berlawanan dengan yang dilakukannya. Dalam hal ini, dia melakukan sikap hidup yang tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan. Sikap yang tidak konsisten ini menjadi penghalang bagi anak-anak Tuhan untuk  memiliki karakter Kristen sejati. Karakter Kristen sejati tidak datang dengan spontan tetapi harus diawali dengan sikap hidup yang konsekuen.

Mengapa banyak anak Tuhan tidak konsisten dalam hidupnya? Mengapa para pelayan Tuhan tidak otentik dalam hidupnya? Paling tidak ada dua hal penting yang harus diperhatikan.

Pertama,  kurangnya persekutuan dengan Allah. 
Kedua,  kurangnya pengakuan terhadap karya Roh Kudus.

Persekutuan yang baik dengan Allah menentukan karakter Kristen yang manis. Kalau seseorang berteman dengan seorang penjahat, maka kemungkinan besar orang itu akan menjadi penjahat. Mengapa demikian? Karena yang bersangkutan bersekutu - berteman dengan penjahat.

Gereja-gereja di Barat banyak mengalami kelesuan rohani, karena kurangnya persekutuan dengan Roh Kudus, meskipun tidak semua gereja di Barat mengalami kelesuan rohani. Mengapa semuanya itu terjadi? Karena kurangnya perhatian terhadap peranan Roh Kudus yang mampu mengubah sikap hidup setiap individu. Roh Kudus "dikotakkan", tidak diberi peran, seolah-olah Roh Kudus tidak ada gunanya.

Kekristenan adalah sesuatu yang menarik. Mengapa? Karena Kekristenan adalah suatu perjalanan supranatural dengan Allah yang hidup, dinamis, berbicara, dan bersifat pribadi.  Kesadaran seperti inilah yang memungkinkan seseorang bisa memiliki keotentikan hidup di hadapan Allah.

Apakah arti hidup yang otentik? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otentik berarti: "Asli; sah; dapat dipercaya". Jadi, Hidup yang otentik adalah hidup Kristiani yang dapat dipercaya, dapat dipertanggungjawabkan karena membawa citra Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. "Titik-titik lemah, yang ada di dalam diri manusia berfungsi sebagai titik optimal untuk meraih kekuatan sejati di dalam Tuhan". Titik-titik lemah yang sering ditemui dalam kehidupan Kristen meliputi masalah "kehidupan keluarga, pekerjaan, model peran pria dan wanita, disiplin rohani, kesehatan jasmani, kehidupan emosional, nilai-nilai pernikahan".

Karena itu, jujur terhadap Allah adalah "suatu panggilan yang sangat keras, suara bagi orang-orang Kristen untuk memulihkan Kekristenan dalam kehidupan pribadi mereka, dan dengan demikian mereka akan dapat mempengaruhi dunia ". 

1 komentar: